semuanya bergerak cepat tanpa toleransi
kemudian dia datang
dengan tidak memberikan saya sedikitpun waktu untuk kembali berfikir, memilih, merenung dan menjaga jarak pada apapun yang berwujud kesakitan.
dia menampar saya terlalu kuat
hingga tak sedikit pun akal sehat tertinggal
bersarang di otak kiri,
lalu kita kembali menyulam benang benang itu
satu demi satu hingga tercipta sebuah ornamen
atas nama pertemuan
saya hanyalah perempuan
yang berdansa di bawah rintik air hujan
yang menari pada terpaan ombak pinggir pantai
yang bernyanyi dengan sengau
saya..
merindu kesederhanaan
.:biduwanita:.
Selasa, 29 Desember 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar